SETELAH wilayah Kecamatan Cibinong dimekarkan menjadi Ibu Kota Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 1990, industri air mineral tumbuh dan berkembang bagaikan jamur di musim hujan.
Hal itu meresahkan warga Kecamatan Citeureup dan Cibinong, termasuk saya. Pasalnya, belasan industri air minum kemasan berbagai merek itu melakukan penyedotan air tanah secara besar-besaran dengan teknologi tinggi, yakni sumur bor raksasa artetis.
Belasan industri air mineral berbagai merek tersebut beroperasi siang dan malam hari. Mereka menyedot air bawah tanah secara besar-besaran. Kemudian mengemasnya menjadi air minum dalam gelas, botol/galon plastik, dan memperjualbelikan kepada masyarakat luas di kota-kota besar Indonesia dengan memanipulasi sebagai air pegunungan. Padahal, air minum kemasan tersebut merupakan hasil sedotan dari bawah tanah dengan sumur raksasa artetis.
Sebelum industri air mineral menyedot air tanah secara besar-besaran, wilayah Citeureup dan Cibinong tempat kami tinggal itu selalu diselimuti embun pagi dan petir sore hari.
Namun, sangat disayangkan, kini embun pagi dan petir tidak lagi ada alias lenyap begitu saja.Warga sekitar industri-industri air mineral mengeluhkan keberadaan air mineral itulah penyebnya. Mereka menyedot habis air bawah tanah.
Warga di dua wilayah kecamatan tersebut mengaku, sebelumnya untuk mendapatkan sumber air sumur bagi keperluan minum, masak, mandi, dan cuci, mereka hanya perlu menggali tanah dengan kedalaman mulai 1 meter hingga 1,5 meter. Namun, setelah menjamurnya industri air mineral tersebut, mereka perlu menggali tanah dengan kedalaman mulai 7 meter hingga 20 meter untuk menemukan sumber air.
Tudingan warga Kecamatan Citeureup dan Cibinong mengenai kerusakan lingkungan hidup akibat maraknya penyedotan air tanah untuk usaha bisnis raksasa air minum kemasan menurut saya cukup penting untuk mendapat perhatian.
Warga juga mengharapkan adanya keseriusan pihak kementerian Lingkungan Hidup untuk turun tangan memerhatikan lingkungan di sekitar Citeureup dan Cibinong. Pasalnya, industri tersebut telah mengakibatkan rusaknya ekosistem lingkungan hidup kami.
J Permana
Cibinong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar